Obat RS Imanjinasi dan Ilusi
Karya : Hang
Aku tidak tahu judul apa yang sebenarnya mau kutulis ini persoalan minum obat bertahun-tahun lamanya. Semenjak 2014 sampai 2016 aku obat-obatan terus. Tidak padat penuh tapi setahun lebih juja dihitung dengan benarnya aku lupa. Tapi kira begitu.
Disaat aku bosan minum dan terus sembunyi obat itu yang pada akhirnya ketahuan juga.
Sampai Ibu itu ngambek. Sebab Ibu itu paling manut Dokter. Obat selalu habis tetap waktu.
Soalnya mengapa aku bosan sebab aku melakukan tidak dengan senang dan masih ada serpihan jiwa yang tidak mau menerima. Sebenarnya aku juga perlu psikologi gagalnya perjalanan kemarin ada pengalaman pahit yang harus di telan dan dibawa ke otak untuk jadi perenungan diri.
Terang aku tidak takut disuntik belah tubuh. Aku dan lolos soal itu. Aku cuma takut dianggap kafir dipublik. Kalau dianggap gitu apalagi suwung. Haduh rontok mentalku. Dan penyembuhannya butuh diam setahun.
Tahun lalu aku bertemu dengan orang-orang hebat yang konsisten dalam kesosialannya. Selalu tunduk pada jalanNya. Beda denganku yang morat marit banyak alasannya. Ya soalnya aku kalau nekat fokus satu usahaku harus selesai.
Barangkali hanya ikut beberapa pertemuan. Dan utang pertemuan pun masih ada yang belum terlunasi. Ini jadi bayang-bayang yang menggelatung di mimpi. Berkali-kali monologku berkata segera bertemu lunasi pertemuan itu dan balik menulis. Biar agak tenang.
Tahun ini ada lomba novel aku selalu menantang diriku sendiri untuk ikutan. Minimal latihan menulisku lebih lentur. Tentu aku masih ada janji pada diri sendiri untuk jalan-jalan ke Bener, Kali Gesing, Pituruh, Bruno dan Pantai Gowok. Semoga lekas terlaksana. Kayaknya si nganggur tapi kok ya ada kegiatannya.
Satu perkataan Ibu : “Obatmu ada pada semangatmu,”
Satu perkataan Dokterku : “Obat ini cuma 50 persen 25 persen lingkungan 25 persen semangatmu,”
Satu perkataan Mas Wis : “Nek loro ra usah dirasake ben ra loro,”
Perkataan yang wajar karena masih muda waktu itu.
Udah ah…. antrian dulu…
Purworejo, 14 Januari 2019
**Iseng ditulis pada antrian RS duduk manis. Depan Poli Dalam I :)) sementara di Poli Ortopedi Pak Dr Febrilian nya masih bedah operasi “dokter romantis”